ANALISIS PERBEDAAN PERILAKU ETIS AUDITOR
DI KAP DALAM ETIKA PROFESI
(STUDI TERHADAP PERAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDUAL:
LOCUS OF CONTROL, LAMA PENGALAMAN KERJA, GENDER, DAN EQUITY SENSIPTIVITY)
PUTRI NUGRAHANINGSIH
Alumni Fakultas Ekonomi UNS
DIREVIEW OLEH :
BELLA NITA PERMATASARI
BELLA P SAPHIRA
MAYANG AULIA
NUR AMALINA
REGGINA RACHMADEWI
SINDY DYAH PURBOSARI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Isu tentang etika akuntan diindonesia
berkembang dengan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh anggota intern,
anggota publik, dan seseorang yang memainkan peran kunci dalam semua area.
Kewajiban akuntansi yang dilakukan tersebut untuk menjaga perilaku etis mereka
terhadap organisasi dimana mereka meraung. Tanggung jawab yang dimiliki akuntan
juga menjadi kompeten dan menjaga integritas mereka. Seorang akuntan sering
menghadapi dilema etik yang selalu bertentangan. Misalnya terjadi pada saat
seorang auditor dan klien tidak sepakat dalam tujuan pemeriksaan dan aspek
fungsi. Dalam konflik ini, pertimbangan profesional berdasarkan pada nilai dan
keyakinan individu, dan kesadaran moral sangat penting dalam mengambil
keputusan akhir. (Muawanah dan Indriantoro, 2001). Pembahasan ini mengenai keinginan untuk mengubah perilaku menjadi
perilaku yang diinginkan.
Faktor utama yang menjadi penelitian ini
adalah pada penelitian Fauzi (2001) hanya meneliti perbedaan etis ditemoat
kerja secara umum, sedangkan pada penelitian ini akan menganalisi perilaku etis
dan dia memfokuskan terhadap presepsi auditor terhadap kode etika akuntan.
Perbedaan dalam penelitian ini adalah auditor. Penelitian fauzi hanya diambil
dari mahasiswa dan sampel dari auditor. Perbedaan penelitian ini menambahkan
satu variabel atribut individu yaitu gender. Penelitian berpengaruh terhadap
etika yang telah dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh gender pada etika
membuktikan hasil yang berbeda-beda dan belum konsisten.
Perbedaan keempat yaitu mengubah
devinisi dan pengukuran variabel kerja pada pengalaman kerja. Responden pada
pebgubahan ini dijadikan sampel, yaitu auditor yang memiliki pengalaman
kerja.Hal ini juga didukung UU no.34 tahun 1954 yang mengatur penggunaan
sebutan akuntan. Untuk dapat berpraktik sebagai akuntan publik terdaftar,
diperlukan izin dari Departemen Keuangan, yaitu adanya persyaratan
pengalaman,minimal 3 tahun bekerja sebagai auditor pada KAP atau BPKP. Di
penelitian ini tidak diukur dari ada atau tidaknya pengalaman kerja, melainkan
lama tidaknya berkerja pada auditor senior dan auditor yunior.
Di penelitian ini tidak ada pengujian
terhadap variabel akademis displin karena sampel yang digunakan adalah auditor.
Penelitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang dibagi menjadi
akuntansi dan manajemen. Pada hal tersebut dijelaskan bahwa auditor berasal
dari akademis displin akuntansi, sehingga tidak terdapat faktor individual
disiplin akademis.
Perumusan
Masalah
Perumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah
terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor dengan internal
locus of control dan auditor dengan external locus of control?
2. Apakah
terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor senior dan
auditor yunior?
3. Apakah
terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor pria dengan
auditor wanita?
4. Apakah
terdapat perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor yang termasuk
kategori benevolents dan auditor yang termasuk kategori entitleds?
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui secara empiris apakah terdapat perbedaan perilaku etis yang
signifikan antara auditor berdasarkan perbedaan faktor-faktor individualnya
yaitu sebagai berikut:
1. Perilaku
etis antara auditor dengan internal locus of control dan auditor dengan
external locus of control.
2. Perilaku
etis antara auditor senior dan auditor yunior.
3. Perilaku
etis antara auditor pria dan auditor wanita.
4. Perilaku
etis antara auditor yang termasuk kategori benevolents dan auditor yang
termasuk kategori entitleds.
LANDASAN
TEORI
Persepsi
Di dalam penjelasan tentang persepsi
seseorang, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah opini setiap individu
tentang segala hal yang berada pada lingkungan sekitarnya, bisa berupa sesama
manusia, benda, hewan, dan lain sebagainya
Etika
Dan Perilaku Etis
Etika beruhubungan dengan perilaku
seseorang. Karena berhubungan dengan perilaku seseorang, etika bisa menjadi
benar dan salah dalam kehidupan sosial, terutama dalam beroganisasi di suatu
perusahaan yang sering disebut dengan etika profesi. Perilaku etis sangat
berpengaruh ketika seseorang menjadi pemimpin dalam profesinya, Auditor
misalnya. Ketika Auditor melakukan tindakan yang tidak etis, maka ia tidak akan
mendapat kepercayaan dari teman se-profesinya tersebut.
Peran
Kode Etik Akuntan Indonesia
Pada intinya kode etik mengatur hubungan
antar individu. Dalam hal ini berhubungan dengan profesi akuntan di Indonesia,
baik antara auditor dengan klien.
Faktor-Faktor
Individual
Faktor individual dibagi menjadi 4:
1.
Locus of control
Pandangan seseorang terhadap suatu peristiwa
disekitarnya, apakah seseorang tsb dapat mengendalikan dirinya atau tidak.
2.
Lama pengalaman kerja ( years of job
experience )
Lama pengalamana kerja dimaksud kepada bagian
profesi auditor, apakah pihak senior telah bekerja lebih dari 2 tahun dan
junior bekerja dibawah 2 tahun. Lama pengalaman kerja dipengaruhi oleh perilaku
etis.
3.
Konsep gender
Faktor ini dimaksudkan apakah pria atau wanita yang
sudah ditakdirkan jenis kelamin masing-masing secara biologis mampu menunjukkan
perilaku etis atau tidak dalam berorganisasi terutama dalam profesi
masing-masing.
4.
Equity
Berhubungan dengan fairness ( keadilan ) yang
dirasakan seseorang terhadap orang lain. Equity theory oleh Adam bahwa terdapat
tiga tipe individu yaitu individu equity sensitives yang merasa adil ketika
inputs sama dengan outputs, individu benevolents (kebaikan ) merasa adil (equity) ketika inputs lebih
besar dari outputs, dan individu entitleds ( Berhak ) merasa adil (equity)
ketika outputs lebih besar dari inputs.
Penelitian
Terdahulu
Perbedaan faktor individual dalam
kemampuan menerima perilaku etis atau tidak etis. Hasil menunjukkan bahwa individu
dengan internal locus
of control cenderung
lebih tidak menerima tindakan tertentu yang kurang etis,
sedangkan individu dengan external locus
of control cenderung lebih menerima tindakan tertentu yang kurang etis. Wanita
ditunjukkan lebih etis dibandingkan pria.
Hipotesis
1. Terdapat perbedaan perilaku etis antara
auditor dengan internal locus of control dan auditor dengan external locus of
control.
2.
Terdapat perbedaan perilaku etis antara
auditor senior dan auditor yunior.
3.
Tidak terdapat perbedaan perilaku etis
antara auditor pria dan auditor wanita.
4.
Terdapat perbedaan antara perilaku etis
auditor benevolent dan auditor entitleds
METODE
PENELITIAN
Populasi,
Sampel dan Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) wilayah Surakarta dan
DIY. dalam penelitian ini untuk menentukan sampel peneliti menggunakan metode non probability
sampling, yaitu convenience sampling method. Dalam metode ini, informasi akan
dikumpulkan dari anggota populasi yang dapat ditemui dengan mudah untuk
memberikan informasi tersebut.
Pengukuran
Variabel: Definisi Operasional dan Instrumen Penelitian
Perilaku etis auditor adalah variabel
yang akan diukur dalam penelitian ini. Variabel ini akan diukur dengan
menggunakan instrumen Workplace Behaviour Scale (WBS). Workplace Behaviour
Scale (WBS) terdiri dari 10 item pertanyaan dalam kuesioner yang diukur dengan
5 poin skala likert yaitu: (1) sangat dapat diterima, (2) dapat diterima, (3)
tidak pasti, (4) tidak dapat diterima, dan (5) sangat tidak dapat diterima.
Perilaku etis ditunjukkan oleh perolehan skor dari WBS, semakin tinggi skor WBS
maka memiliki perilaku yang semakin etis, sebaliknya semakin sedikit skor WBS
maka memiliki perilaku semakin kurang etis.
Penelitian ini akan memfokuskan pada
faktor-faktor atau substansi kode etik akuntan yang meliputi (1) pelaksanaan
kode etik, dan (2) penafsiran dan penyempurnaan kode etik. Instrumen persepsi
ini terdiri dari 11 item pertanyaan yang diukur dengan skala likert 1 sampai
dengan 5 yaitu: (1) sangat tidak setuju, (t2) tidak setuju, (3) tidak pasti,
(4) setuju, dan (5) sangat setuju. Peneliti mengasumsikan bahwa bagi responden
yang berpersepsi positif terhadap kode etik yang meliputi pelaksanaan kode etik,
dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik akan memiliki perilaku yang lebih
etis. Untuk mengetahui bagaimana persepsi auditor terhadap kode etik maka
dilakukan analisis tambahan yaitu dengan uji proporsi.
Locus of control (LOC). Locus of control
(LOC) adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat
atau tidak dapat mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel locus of control adalah Work
Locus of Control Scale (WLCS) yang telah dikembangkan oleh Spector (1988). WLCS
menggunakan 16 item pertanyaan dengan 5 poin skala likert yaitu: (1) sangat
tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) tidak pasti, (4) setuju, dan (5) sangat
setuju. Internal LOC ditunjukkan oleh nilai jawaban responden yang lebih kecil
dari mean score dan sebaliknya untuk external LOC diindikasikan oleh nilai
jawaban responden lebih besar dari mean score. Lama pengalaman kerja adalah
jangka waktu (tahun) seorang auditor bekerja. Lama pengalaman kerja dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu mereka yang telah bekerja lebih dari
dua tahun dikategorikan sebagai auditor senior dan mereka yang bekerja di bawah
dua tahun sebagai auditor yunior. Data ini diperoleh dari kuesioner bagian D yaitu
Data Demografi Responden.
Konsep gender dalam penelitian ini
berdasarkan konsep seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan
kodrat yang ditentukan secara biologis. Dibagi menjadi dua yaitu pria dan
wanita. Data ini diperoleh dari kuesioner bagian D yaitu Data Demografi
Responden. Equity berhubungan dengan fairness (keadilan) yang dirasakan
seseoang dibanding orang lain. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
equity sensitivity adalah Equity Sensitivity Instrument (ESI) yang dikembangkan
oleh Huseman (1985), yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan nilai ESI berkisar
0-10 untuk tiap pertanyaan. Untuk menskor instrumen, maka tambahkan poin-poin
yang dialokasikan untuk respon benevolents (1a, 2a, 3b, 4b, 5b). Seorang individu
akan masuk kategori entitleds apabila nilai < meanscore, dan kategori
benevolents apabila nilai > meanscore.
Sumber
dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan terbagi menjadi 2,
data primer dan data sekunder. Data primer digunakan dengan cara mengisi
kuesioner. Jadi peneliti memberi kertas yang berisi pertanyaan kepada
koresponden lalu akan di uji oleh koresponden. Sedangkan untuk data sekunder
peneliti hanya langsung mengambil /mengutip dari sumber-sumber yang sudah ada.
Metode
Analisis Data
Pengujian
validitas yang digunakan adalah validitas konstrak dan teknik yang digunakan
Pearson Product Moment . Untuk semua teknik analisis data peneliti menggunakan
applikasi SPSS versi 11 untuk windows. Sedangakn untuk uji realibitas menggunakan
realibitas konsistensi internal. Untuk uji normalitas digunakan One Sample
Kolmogorov Smirnov Test yaitu peungujian 2 sisi dengan tujuan untuk
membandingkan signifikasi hasil uji dengan taraf signifikansi. Untuk menguji
hipotesis digunakan alat uji statistik yaitu Indipendent Sample T-Test.
Pengujian validitas yang digunakan adalah validitas konstrak dan teknik yang
digunakan Pearson Product Moment, teknik ini dibagi menjadi 2 tahapan analisis
yaitu LLevene’s Test dan T-Test . Untuk semua teknik analisis data peneliti
menggunakan bantuan applikasi SPSS versi 11 untuk windows. Dilakukan uji
proposisi untuk mengetahui bagaimana presepsi auditor tentang kode etik. Uji
proposisi dilakukan dengan cara menghitung presentase jawaban dari pertanyaan
presepsi kepada kode etik. Jawaban dari pertanyaan tersebut dikelompokkan dalam
format setuju dan tidak setuju.
ANALISIS
DATA
Pelaksanaan
Penelitian
Peneliti melakukan penyebaran kuesioner
kepada responden auditor yang terdapat di KAP Yogyakarta dan Surakarta. Dengan
sampel sebanyak 41 pada KAP Yogyakarta, serta sampel sebanyak 29 pada KAP
Surakarta. Dari total kuesioner sebanyak 70 buah, 3 diantaranya dinyatakan
tidak memenuhi syarat. Sehingga total kuesioner yang dapat digunakan sebanyak
67 buah.
Hasil
Pengujian Data
Hasil uji validitas menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,01 dengan p-value
lebih kecil dari taraf signifkansi sebesar 5%. Sehingga dapat disimpulkan semua
item pertanyaan dalam kuesioner valid. Pada uji reliabilitas yang dilakukan
dengan menghitung Cronbach’s Alpha kemudian nilai alpha dibandingkan dengan indeks menghasilkan
kesimpulan bahwa data yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang sangat
tinggi. Uji normalitas menunjukkan nilai p-value sebesar 0,672 lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
Hasil
Pengujian Hipotesis
Uji statistik parametrik Independent
Sample T-Test digunakan dalam penelitian ini untuk menguji empat hipotesis yang
diajukan. Hasil pengujian hipotesis yang pertama yaitu nilai signifikansi hasil
T-Test sebesar 0,018 maka Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan antara perilaku etis yang sinifikan antara auditor internal locus of
control dan auditor external locus of control. Dengan hasil analisis mean
perilaku etis auditor internal locus of control sebesar 39,33 dan mean perilaku
etis auditor external locus of control sebesar 35,14.
Hasil pengujian hipotesis yang kedua
yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,002 maka Ho ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan terdapat perbedaan perilaku etis yang sinifikan antara
auditor senior dan auditor yunior. Dengan hasil analisis mean perilaku etis
auditor senior sebesar 34,09 dan mean perilaku etis auditor yunior sebesar
39,54.
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga
yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,246 lebih besar dari nilai
signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05 maka Ho diterima. Sehingga
dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara perilaku etis yang sinifikan
antara auditor pria dan auditor wanita. Dengan hasil analisis mean perilaku
etis auditor pria sebesar 36,00 dan mean perilaku etis auditor wanita sebesar
38,10.
Hasil pengujian hipotesis yang keempat
yaitu nilai signifikansi hasil T-Test sebesar 0,003 maka Ho ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan terdapat perbedaan perilaku etis yang sinifikan antara
auditor benevolent dan auditor entitleds. Dengan hasil analisis mean perilaku
etis auditor benevolent sebesar 39,77 dan mean perilaku etis auditor entitleds
sebesar 34,50.
Hasil
Uji Proporsi
Penelitian ini juga menggunakan uji
proporsi yang bertujuan untuk mengetahui persepsi auditor terhadap kode etik
akuntan Indonesia. Hasil dari uji proporsi ini yaitu seluruh responden
(auditor) memiliki persepsi positif terhadap kode etik ikatan akuntan
Indonesia. Tapi dari hasil pengujian hipotesisnya, masing- masing responden
mempunyai perbedaan rata-rata perilaku etis yang signifikan untuk setiap
faktor-faktor individual yang dimilikinya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang
telah dikumpulkan dan diolah, diketahui secara statistik, terdapat perbedaan
perilaku etis yang signifikan antara auditor internal locus of control dan
auditor external locus of control. Terdapat perbedaan perilaku etis yang
signifikan antara auditor senior dan auditor yunior. Tidak terdapat perbedaan
perilaku etis yang signifikan antara auditor pria dan auditor wanita. Terdapat
perbedaan perilaku etis yang signifikan antara auditor benevolents dan auditor
entitleds.
Sumber
Jurnal
https://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/kamp-03.pdf